- October 23, 2022
- adminisnu
- 0 Comments
- 255 Views
- 4 Likes
- CATATAN AHAD PAGI
Santri Gus Dur
SETIDAKNYA, tulisan ini ingin melihat dua sisi santri. Sisi pertama, santri melakoni kehidupan di pesantren dengan humor, santai, bahkan cenderung tidak memikirkan dunia. Mereka mengikuti kegiatan pondok dengan tanpa beban. Waktunya ngaji, ikut. Waktunya ngopi, antri duluan. Sisi kedua, mereka memandang kehidupan di pesantren sebagai bekal hidupnya di kemudian hari. Mereka hidup dengan serius. Biasanya, mereka sudah dipersiapkan orang tuanya menjadi penerus kelak. Meski ada dua sisi, tapi terkadang dua sisi ini bercampur menjadi satu dalam diri santri; hobi ngopi danmahir baca kitab.
Humor santri, pikiran saya langsung tertuju pada GD[GD] yang mempunyai segudang humor. Misalnya, ada santri tersesat di Makkah karena tidak bisa berbahasa Arab, didehemi kiai, santri yang mencuri ikan ngompol, santri menyembelih kambing kiainya, ikan curian GD halal dan ada Menteri Riset dan Teknologi diKO santri Madura. Cerita humor santri ini seakan menambah kisah seru dan akan teringat selama hidupnya.
Bagi GD, dunia santri itu seperti dalam cerita Mahabarataversi Jawa, bukan India. Dalam gusdur.net disebutkan, sosok Pandawa dan Kurawa adalah perwujudan kiai dan santri. Pandawa adalah kiai, Kurawa sebagai santrinya. Pendawa merupakan manusia yang sudah mencapai puncak. Pakar keilmuan adalah Pandawa. Sedang Kurawa adalah manusia yang sedang berproses menuju puncak. Kata GD, Kurawa tak selamanya jadi Kurawa. Setiap Kurawa berpotensi menjadi Pandawa.
Mengakhiri tulisan ini, baca cerita GD berikut dengan sruput kopi. Cerita saya dapat dari ngopibareng.id. Waktu itu, GD nyantri di Pondok Pesantren Salaf Asrama Perguruan Islam (Ponpes Salaf API) Tegalrejo, Magelang, antara 1957-1959. GD bersama beberapa teman merancang skenario pencurian ikan di kolam milik Sang Guru, Kiai Haji Chudlori Tegalrejo.
GD menyuruh teman-temannya untuk mencuri ikan di kolam sementara GD mengawasi di pinggir kolam. GD tak ikut masuk ke kolam dengan dalih mengawasi jika sewaktu-waktu KH Chudlori keluar dan melewati kolam.
Tak lama kemudian, KH Chudlori yang setiap pukul 01.00 WIB selalu keluar rumah untuk menuaikan shalat malam di masjid melintas di dekat kolam. Seketika itu juga, teman-teman GD yang sedang asyik mengambil ikan langsung disuruh kabur.
Sementara GD tetap berdiri di pinggir kolam dengan memegang ikan hasil curian. GD kepada KH Chudlori , kalau tadi ikan milik kiai telah dicuri dan GD mengaku berhasil mengusir para pencuri itu, ikan hasil curiannya berhasil GD selamatkan.
Atas “jerih-payah” GD itu, KH Chudlori menghadiahkan ikan tersebut kepada GD supaya dimasak di kamar bersama teman-temannya. Akhir kata, ikan itu akhirnya dinikmati GD bersama teman-teman bengalnya.
Jelas GD mendapat protes keras dari teman-temannya yang disuruhnya mencuri tadi. Namun bukan GD namanya jika tak bisa berdalih, yang lebih penting adalah hasilnya.
“Wong awakmu yo melu mangan iwake. Lagian, iwake saiki wis halal wong uwis entuk izin seko kiai. (Kamu juga ikut makan ikannya. Lagi pula, ikan curian tersebut sudah halal, karena telah mendapat izin dari kiai).
Gus Dur, al-Fatihah
Selamat Hari Santri Nasional 2022, “Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan”
SholihuddinPemerhati bahasa & budaya, yang kebetulan menjadi ketua PC ISNU Kabupaten Kediri
Leave a Comment