- November 26, 2022
- adminisnu
- 0 Comments
- 267 Views
- 4 Likes
- CATATAN AHAD PAGI
Paragraf [3]
“Contoh tulisan Prof Abdul Wahab mana mas? Ahad depan ya, insya Allah,” begitu saya mengakhiri tulisan bagian 2. Contoh tulisan paragraf yang ditulis Prof Abdul Wahab ini menginspirasi saya. Setidaknya, saya akan mencontoh cara membuat paragraf seperti beliau.
Kita cermati bersama-sama.
“Dalam kehidupan modern, wibawa orang tua cenderung menipis. Tidak sedikit gadis yang menentang ibunya dan menganggap pandangan ibunya sebagai pandangan yang kolot. Karena itu, dengan alasan mengenalkan pembaruan dalam kehidupan wanita, mereka berbuat sekehendak hatinya. Di samping itu, anak laki-laki, menurut teori Sigmund Freud, sejak kecil sudah mulai membenci ayahnya dan bahkan mencemburui jika ayahnya mendekati ibunya. Pada keluarga miskin, terutama di kota-kota besar, tinggal di rumah tidak begitu menarik bagi anak-anak karena fasilitas yang tersedia tidak dapat memenuhi kesenangan anak. Singkatnya, para orang tua di jaman modern ini makin renggang hubungannya dengan anak-anaknya, dan akibatnya disiplin dan rasa hormat kepada orang tau berangsur-angsur hilang,” tulis Prof Abdul Wahab dan Lies Amin Lestari, Menulis Karya Ilmiah, Airlangga University Press, 1999.
Berikutnya, contoh paragraf yang ditulis KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Tanfidziyah PBNU sekarang. Tulisan tersebut dimuat di media online bernama alif.id, 12 Agustus 2019. Judulnya menggelitik: Humor Gus Mus: Toilet Sebagai Jalan Keluar. Saya terlena membaca tulisan ini, ringan dan mengalir.
“Namanya ndangndut, walaupun Islami tetap saja menyondol-nyondol pinggang untuk bergoyang. Buat Sri sendiri, itu sudah naluri. Ditahan-tahan juga percuma. Ketika sudah masyuk dalam irama, ia pun melangkah turun panggung. Mendekati seorang pejabat di deretan depan, menggamit lengannya, dan membuat pejabat itu tak punya pilihan –atau tak ingin memilih– selain gabung berjoget bersama Sri,” tulis Gus Ketum.
Saya mengakui, tulisan ini sangat baik. Meski terlihat menyondol-nyondol tidak karuan. Terlihat tidak mengikuti bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sangat komunikatif. Cuek aja, yang penting nulis.
Secara teori, paragraf dikatakan baik jika memenuhi tiga unsur. Apa saja? Saya bahas bagian berikutnya, semoga.
SholihuddinPemerhati bahasa & budaya, yang kebetulan menjadi ketua PC ISNU Kabupaten Kediri
Leave a Comment