
MEMBACA GUS DUR [6]
“La islama illa bi jama’ah, wala jama’ata illa bi imarah, wala imarata illa bi tha’ah”
APA pendapat Gus Dur tentang sistem Islam? Jelas dan tegas, ia mengatakan tidak diwajibkan sebuah sistem Islam. Karena itu, tidak ada keharusan untuk mendirikan sebuah negara Islam.
Apa alasan Gus Dur? Al-Qur’an jelas mengungkapkan, ada lima syarat sebagai muslim yang baik. Yaitu, menerima prinsip-prinsip keimanan, menjalankan ajaran (rukun) Islam secara utuh, menolong mereka yang memerlukan pertolongan (sanak saudara, anak yatim, kaum miskin dan sebagainya), menegakkan profesionalisme dan bersikap sabar ketika menghadapi cobaan dan kesusahan. Kelima syarat ini, jika dilakukan, tidak diperlukan sistem Islam.
Gus Dur kemudian memberikan ulasan tentang Muktamar NU tahun 1935 di Banjarmasin. Ada yang tanya, wajibkah bagi kaum muslimin mempertahankan kawasan yang waktu itu bernama Hindia Belanda diperintah oleh orang-orang non-muslim (para kolonialis Belanda)? Wajib. Alasannya? Karena di kawasan tersebut, yang di kemudian hari bernama Indonesia, ajaran Islam dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Gus Dur juga memberikan ulasan dawuh Umar bin Khattab. Yaitu, “Tiada Islam tanpa kelompok, tiada kelompok tanpa kepemimpinan, dan tiada kepemimpinan tanpa ketundukan (La islama illa bi jama’ah, wala jama’ata illa bi imarah, wala imarata illa bi tha’ah). Ia menjawab, ungkapan Umar bin Khattab ini tidak menunjukkan secara spesifik adanya sebuah sistem Islam.
Gus Dur mengulas perkatan Umar bin Khattab dalam catatan kaki yang rinci banget. Statemen Umar bin Khattabyang sangat terkenal ini sering muncul sebagai landasan berfikir tentang keharusan adanya Daulah Islamiyyah untuk menuju Khilafah Islamiyyah. Juga, sebagai dalil pijakan tentang formalisasi syari’ah.
Gus Dur meneruskan, jika ditelusuri dalam studi penelitian dan kritik hadis, perkataan Umar bin Khattab di atas diinfomasikan hanya melewati satu jalur transmiter (sanad) yang ditulis oleh Ad-Darimi, yaitu melalui jalur Ad-Dari. Hadis tersebut berasal dari Yazid bin Harun dari Baqiyyah dari Sufyan bin Rustam dari Abdurrahman bin Maisarah dan dari rawi yang mendengar langsung statemen Umar yaitu Tamim Ad-Dari.
Gus Dur menambahkan, hanya jalur inilah yang membuat kita tahu dan mengerti bahwa Umar bin Khattab pernah mengeluarkan statemen yang sekarang dibuat sebagai landasan politis ideologis ini. Bahkan jika ditelusuri dari perspektif edisi original versionnya, nampak sekali bahwa Umar tidak bermaksud menjadikan ini sebagai wacana politik, tetapi lebih pada jaring pengaman sosial. Umar melakukan tindakan seperti ini berkaian dengan adanya fenomena kecemburuan sosial dalam proyek pembuatan rumah-rumah ketika Umar menjadi khalifah. Kondisi saat itu menunjukkan adanya kecenderungan merusak tatanan sosial kemasyarakatan “Arab mini”.
Statemen lengkap Umar adalah sebagai berikut: An Tamim Ad-Dariy qala: Tathawala an-nas fil al-bina fi zamani Umar, faqala Umar: Ya ma’syara al-uraib, al-ardla al-ardla, fainnahu la Islama illa bi Jama’ah, wala Jama’ata illa bi Imarah wala Imarata Illa bi tha’ah, faman sawwadahu qaumuhu ala al-fiqh kana hayatan lahu wa lahum, wa man sawwadahu qaumuhu ala ghayri fiqhin kana halakan lahu wa lahum.
Artinya: Dari Tamim ad-Dari, dia berkata, pada masa Umar, orang orang bermegah-megah dan sombong dalam membangun rumah. Kemudian Umar berkata, “Wahai komunitas Arab kecil. Lihatlah tanah itu, lihatlah tanah itu, sesungunya tidak ada Islam kecuali dengan komunitas dan tdak ada komunitas kecuali dengan kepemimpinan dan tidak ada imarah kecuali dengan taat. Barang siapa oleh komunitasnya dipercaya untuk memimpin mereka dengan berdasarkan pemahaman yang benar, maka hal itu akan menjadi kehidupan bagi dirinya dan komunitasnya, dan barang siapa dipercaya komunitasnya untuk menjadi pemimpin mereka dengan tidak berdasar pada pemahamanyang benar, maka itu akan menjadi kerusakan untuk dirinya dan komunitasnya.” Hal. 7.
Maaf ya, tulisannya terlalu panjang, saya biasanya nulis 200 sampai 250 kata.
Bersambung yaaa…
* Pemerhati bahasa & budaya yang kebetulan menjadi Ketua PC ISNU Kabupaten Kediri.
**Catatan AHAD Pagi #63
Leave a Comment