MEMBACA GUS DUR [5]
“Istilah Islam Kaffah tidak hanya merupakan tindakan subversif gramatikal, tetapi juga pemaksaan istilah yang kebablasan.” [Gus Dur, Islamku, Islam Anda, Islam Kita, hal. 4] Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) membedakan dua istilah; subversif dan subversi. Subversi adalah kata sifat, artinya berkenaan dengan subversi. Subversi berupa kata benda yang mempunyai arti […]
SLAMETAN [1]
Kenapa orang Jawa suka slametan atau selamatan? Mereka ingin selamat, tenang dan selalu optimis dalam menjalani kehidupan. Buku Rahasia Otak Manusia Jawa karya dr. Arman Yurisaldi Saleh menjelaskan alasan itu. Slametan tidak hanya ritual keagamaan an sich, tapi ingin mengaktifkan bagian otak yang berhubungan dengan ketenangan dan optimisme. Dengan slametan, […]
SAMUDANA [2]
“parine dipangani den bagus” Dalam kehidupan sehari-hari, orang Jawa biasanya menularkan nilai-nilai hidup lewat sanepa. Pasemon atau sanepa adalah gaya bahasa dalam bahasa Jawa. Biasanya, kata ini digunakan melebih-lebihkan sesuatu, yang mempunyai arti sebaliknya. Sanepa bisa berarti sindiran halus. Siapa yang tahu persis makna sanepa? Penciptanya sendiri. Orang lain hanya […]
PNS
“Ora perlu padang, sing penting murup.“Ora perlu akeh, sing penting cukup”. Pasti, banyak yang menduga judul ini singkatan dari Pegawai Negeri Sipil, padahal bukan. Judul diatas merupakan sebuah lagu terbaru Didik Budi feat Tri Suaka. PNS, bagi Didik Budi adalah Pengangguran Nampak Sukses. Saya yakin, tujuan membuat judul ini agar […]
‘Neng, Ning, Nung’ [1]
Orang Jawa itu kaya ungkapan penuh daya magis. Banyak ungkapan Jawa membuat kita ‘makjleb’ dibuatnya. Kata ‘neng’, ‘ning’, ‘nung’ adalah contohnya. Jika dipanjangkan, ‘neng’ berarti ‘meneng’. ‘Ning’ artinya ‘wening’, dan ‘nung’ berarti ‘dunung’. Azzura menyebut ‘nung’ dengan ‘hanung’. Lhaa, mana daya magis dan makjebnya? Teruskan bacanya! Kita bahas kata ‘dunung’. […]
Antropolinguistik [2]
Apa itu antropolinguistik? Kata dari antropologi dan linguistik atau linguistic and anthropology dijadikan satu. Kata ini merupakan bidang ilmu interdisipliner yang mempelajari hubungan bahasa dengan seluk-beluk kehidupan manusia termasuk kebudayaan sebagai seluk-beluk inti kehidupan manusia
Antropolinguistik [1]
Mengapa memakai judul ini? Karena saya suka. Suka saja tidak cukup, saya kemudian mencari tahu tentang arti dan seluk beluk judul ini. Hampir satu bulan, saya berselancar ke sana kemari, mondar-mandir. Karena suka, tidak terasa, saya mendapatkan puluhan hampir ratusan sumber bacaan. Karena suka, saya ingin berbagi mengenai judul ini. […]
Kontemplasi [4]
Slogan terakhir adalah menanam untuk bangsa. Saya menduga, slogan terakhir ini bentuk aksi dari slogan pertama, dari kontemplasi menuju aksi. Kata dasar dari menanam adalah tanam. Tanam atau bertanam berupa kata kerja. Kata ini punya arti melakukan pekerjaan tanam-menanam. Kata melakukan berarti beraksi, bergerak dan juga berjalan. Menanam untuk bangsa […]
Kontemplasi [3]
APA makna slogan ketiga, merangkul umat? Ada dua kata, merangkul dan umat. Rangkul atau merangkul adalah melingkarkan lengan pada pundak (tubuh, pinggang, dan sebagainya). Merangkul juga mempunyai arti memepetkan badan pada badan, mendekap dan atau memeluk. Sedangkan kata umat mempunyai dua arti. Umat berarti para penganut (pemeluk, pengikut) suatu agama […]
Kontemplasi [2]
DALAM jejak digital, kita dapat mengetahui siapa yang pertama kali mempopulerkan tagline ini. Kita temukan jejaknya dalam web travel.kompas.com. Dia adalah Ali Masykur Musa. Dalam sambutan pengukuhan pengurus pusat ISNU, sebagai ketua terpilih mengatakan, ISNU hadir menyapa semua, merangkul umat dan menanam untuk bangsa. ISNU bergerak dari ranah kontemplasi menuju […]