- August 13, 2022
- adminisnu
- 0 Comments
- 345 Views
- 6 Likes
- CATATAN AHAD PAGI
Nalar
SAYA bersyukur punya buku Nalar dan Naluri : 70 tahun Daoed Joesoef. Buku ini pemberian Dr J Kristiadi, peneliti senior CSIS. Dia juga memberi beberapa jurnal. Waktu itu, 15 Januari 1999, saya menemuinya karena mendapat tugas liputan tokoh di CSIS dan LIPI.Di LIPI, bertemu AS Hikam. Buku ini, masih tersimpan. Saya beruntung. Isinya inspiratif. Ditulis tokoh nasional, berupa bunga rampai. Ia menjadi bacaan wajib dalam mengasah nalar dan naluri.
Kata nalar dan naluri punya beberapa arti. KBBI menulis, nalar adalah aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis. Arti lain adalah kekuatan pikir dan jangkauan pikir. Manusia bernalar berarti mempunyai nalar, menggunakan nalar dan berpikir logis. Sedang naluri adalah insting. Juga bisa berarti dorongan akal.
Bagaimana keduanya berjalan? Abdillah Toha dalam islamindonesia.id mengulas. Manusia seringkali menggunakan nalar dan naluri pada waktu yang bersamaan. Ketika menyeberang jalan dia menggunakan nalar untuk mencari waktu yang tepat untuk menyeberang. Tetapi ketika kehati-hatian sesuai nalar telah digunakan dan masih ada yang membahayakannya, maka nalurinya akan muncul untuk menghindar dari bahaya. Diperkuat dengan nalar yang mendorongnya untuk menjauhi segala sesuatu yang tak dikenalnya seperti kematian.
Andi Hakim Nasution menulis dalam buku ini, pelurus makna kata nalar adalah Daoed Joesoef. Pelurus? Ya. Sewaktu menjadi Mendikbud RI, Daoed Joesoef meluruskan kata nalar. Baginya, kata nalar merujuk pada Al-Qur’an surat Al-Alaq, 1-5. Makna ayat ini, “Bacalah atas nama Penciptamu; yang telah menciptakan manusia dari segumpal nutfah; bacalah! Dan Tuhanmu sangat Pemurah; yang telah mengajarkan penggunaan kalam; mengajari manusia hal-hal yang belum diketahuinya.”
Agustus tahun ini, Indonesia berusia 77 tahun. Usia yang tidak muda lagi. Tapi, pekik merdeka tidak mengenal tua. Harus digelorakan dimana-mana oleh siapapun. Mendikbud RI, Nadiem Makarim menggelorakan kurikulum merdeka. Alangkah indahnya, jika kurikulum ini juga mengambil rujukan ayat 1-5 ini. Jadinya, Kurikulum Merdeka Bernalar.
Menutup tulisan ini, saya nukilkan harapan Daoed Joesoef. “Setiap proses pembelajaran mengindahkan proses bernalar. Gunakan otak agar selalu mencari pengetahuan yang benar. Tanpa memupuk kemampuan ini dalam diri setiap generasi muda, mustahil Indonesia menjadi penemu, pengembang dan penguasa ilmu. Mustahil pula, Indonesia dapat menempatkan dirinya sejajar dengan negara-negara maju.”
Merdeka!!!!
Sholihuddin
Ketua PC ISNU Kabupaten Kediri
Leave a Comment