- August 6, 2022
- adminisnu
- 0 Comments
- 1605 Views
- 5 Likes
- CATATAN AHAD PAGI
Syahadat Bumi
“Ibu bumi wis maringi Ibu bumi dilarani Ibu bumi kang ngadili Laa ilaaha Illa Allah. Al-Malikul Haqqul Mubin. Muhammadur Rasulullah. Shadiqul Wa’dil Aamiin.”
Buku karya Irfan Afifi, Saya, Jawa, dan Islam dan tulisan Priskila Prima Hevina di satuharapan.com mengulas tembang ini. Judulnya, Ibu Bumi atau Syahadat Bumi. Syahadat adalah intisari ajaran. Syahadat berarti melakukan persaksian. Percaya dan mempercayai kebenaran. Syahadat bumi bermakna komitmen menjaganya agar tetap lestari.
Coba tanya diri sendiri, apa yang tidak diberi bumi? Ia memberi segala, semua hal, semuanya. Pemberian harus berbalas syukur. Syukur melawan kufur. Itulah makna, Ibu bumi wis maringi. Kata D’Masiv, “Syukuri apa yang ada. Hidup adalah anug’rah. Tetap jalani hidup ini. Melakukan yang terbaik.”
Bait “Ibu bumi dilarani atau ibu bumi disakiti” mengandung makna mendalam. Priskila Prima Hevina memaknai sebuah peringatan. Peringatan tentang apa? Tentu tentang ulah manusia. Manusia atau kita tidak boleh merusak bumi. Ia layaknya seorang ibu kita sendiri yang harus dirawat, dimulyakan, dihormati dan dicintai sepenuh hati.
Merawat bumi harus dengan aturan. Kita tahu banyak aturan tentang larangan merusaknya. Terkadang, semua hanya aturan, miskin ketaatan dan kepatuhan. Alam dieksploitasi sedemikian rupa. Air, udara, hutan, danau, laut, mineral tambang emas, perak, nikel, batu bara dijarah tanpa batas.
Apakah melanggar aturan? Saya tidak tahu. Hanya saja, hati kecil saya berbisik. Bisikan tentang keserakahan. Bisikan tentang sifat berlebihan. Agama tidak mengajarkan sifat berlebihan pada hal apapun, termasuk eksploitasi alam. Tanggung akibatnya, “Ibu bumi kang ngadili atau Ibu bumi yang mengadili. Maknanya, ibu bumi menentukan segala akibatnya.
Bagaimana cara merawat? Hadirkan cinta dalam berperilaku. Citayam Fashion Week (CFW) misalnya, boleh diteruskan. Tapi ingat, ada beragam realitas alam harus diperhatikan. Sampah berserakan dimana-mana. Gunakan area yang tidak menggangu orang lain. Menyuarakan aspirasi boleh. Ekspresikan dan yakinkan pada alam, kita serius merawat dan menjaganya. Lenggak-lenggoklah dengan tidak melupakan alam. Percuma kita bahagia, tapi merenggut kebahagiaan liyan.
Agaknya, puisi sang Clurit Emas, D Zawawi Imron ini cocok hadir menutup tulisan ini. Judulnya, Pesona itu melompat.
Pesona itu melompat
dari pematang ke pematang (seperti kupu-kupu yang ditangkap anak di taman menabur serbuk-serbuk sanubari) laut melambai ketenteraman.
-Siapakah engkau?- tanya roh kepada badan badan pun lalu menari sedang roh memukul gendang sekaligus melagukan nyanyian.
Pesona itu melompat dan terus melompat melumat-lumat kenyataan.
Bagaimana menurut Anda?
Sholihuddin
Ketua PC ISNU Kabupaten Kediri
Leave a Comment