MEMBACA GUS DUR [1]
APA yang dibaca dari Gus Dur (GD)? Tentu, tulisan dan pemikirannya. Tulisan hasil karyanya, bukan tulisan tentangnya. Di samping tulisan, juga pemikirannya. Banyak pemikiran atau gagasannya yang masih sangat relevan. Intinya, membaca GD adalah membaca tulisan dan menjelajahi pemikirannya.
Saya beruntung punya 9 buku karya GD. Saya masih terus hunting buku karya GD yang lain. Awalnya, saya beli (1) Kiai Nyentrik Membela Pemerintah. Beli lagi, (2) Tuhan Tidak Perlu dibela. Minggu ini, datang buku (3) Islam Kosmopolitan, (4) Pergulatan Negara, Agama dan Kebudayaan, (5) Menggerakkan Tradisi, (6) Tabayun Gus Dur, (7) Melawan melalui Lelucon, (8) Islamku, Islam Anda, Islam Kita, dan (9) Membaca Sejarah Nusantara. Saya beruntung, karena masih bisa membaca ‘warisan’ tulisan seorang intelektual yang mengintegrasikan rasionalitas dan spiritualitas.
Saya juga beruntung bisa 3 kali dipertemukan dengan GD. Saya bertemu di Gresik, Lirboyo, dan Ciganjur, kediaman GD. Di Gresik, tepatnya di Pondok Pesantren Qomaruddin Bungah Gresik. Tahun 1991, pondok ini mengadakan Rakernas Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI). GD bersama KH Ali Yafie, KH Ilyas Ruchiyat, dan KH Imron Hamzah hadir pada acara tersebut. Saya, yang masih nyantri di pondok ini ikut antri bersalaman dengan GD.
Bersambung….
Sholihuddin, pemerhati bahasa & budaya yang kebetulan menjadi Ketua PC ISNU Kabupaten Kediri.
*Catatan AHAD Pagi #58
Top Gus.. catatan kecil yang mengulas hal besar..lanjutkan
matur nuwun