- December 17, 2022
- adminisnu
- 0 Comments
- 289 Views
- 5 Likes
- CATATAN AHAD PAGI
Paragraf [5]
Pertanyaan bagian paragraf [4], bagaimana, agar kita bisa membuat paragraf yang utuh dan runtut? Sebelum menjawab, saya jelaskan tentang kerangka sederhana membuat paragraf. Kerangka ini saya ambil dari buku Prof Abdul Wahab. Misalnya, kita membuat sebuah paragraf dengan 5 kalimat. Rinciannya sebagai berikut: Kalimat 1: kalimat topik. Kalimat 2: kalimat pendukung 1 Kalimat 3: kalimat pendukung 2 Kalimat 4: kalimat pendukung 3 Kalimat 5: kalimat penyimpul atau kesimpulan. Contohnya: Kalimat topik: “Membiasakan diri membuat kerangka tulisan akan memperbaiki kualitas tulisan karena tiga alasan.” Kalimat pendukung 1: “membantu kita mengorganisasi ide secara teratur.” Kalimat pendukung 2: “membantu kita menulis lebih cepat.’ Kalimat pendukung 3: ‘membantu kita membuat kalimat yang lebih gramatikal.’ Kalimat penyimpul: ‘karena ketiga alasan itu, membiasakan diri membuat kerangka karangan perlu dicoba.’
Lalu, bagaimana agar runtut? Eits nanti dulu, sabar. Pagi ini, saya baru saja membaca sebuah buku keren. Ditulis oleh seorang guru besar dan pernah menjadi rector UIN Syarif Jakarta. Beliau bernama, Prof Dr Komaruddin Hidayat. Pengarang banyak buku. Kali ini, saya membaca bukunya berjudul, Psikologi Kebahagiaan: Merawat Bahagia Tiada Akhir, Noura Books, 2015. Haidar Baqir ditunjuk untuk menulis sebuah kata pengantar. Dari tangan Haidar Baqir terbitlah banyak tulisan dan tidak sedikit yang menjadi buku. Begitu pula dengan Komaruddin Hidayat, tulisannya mampu menghipnotis saya agar selalu bahagia. Terasa adem bacanya. Itulah mengapa saya senang baca buku ini. Buku keren dan enak dibaca.
Berikut petikan sebuah paragraf di halaman 18
“Di atas jiwa nabati [vegetative soul], dalam diri manusia terdapat jiwa hewani [animal soul]. Di level ini, kemiripan antara manusia dan hewan semakin terlihat dekat dan jelas. Karakter pokok jiwa hewani adalah hidup dan beraktivitas dengan dukungan indra dan insting, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, gerakan, dan dorongan seksual. Semua ini melekat kepada manusia dan hewan. Bedanya terletak pada ketajaman dan kekuatannya. Bla bla bla. Mata burung elang pun jauh lebih tajam daripada penglihatan manusia.”
Lalu, bagaimana paragraf runtuh dan utuh? Nanti dulu. Ini ada tulisan bagus. Cermati kalimat pertama atau kalimat topik dan kalimat kedua atau kalimat penjelas.
“Tentu saja, semua agama tidaklah sama. Semua agama memiliki “spesialisasi sesembahan” yang khas, autentik, dan karenanya tidak digebyah-uyah sama belaka. Simplikasi penyamaan sesembahan itu bukan hanya akan mendangkalkan keautentikan setiap alam teosentris setiap agama, yang pastinya tidaklah sederhana, tetapi sekaligus menafikan sejarah panjang yang telah dijalani oleh setiap agama.” [Edi AH Iyubenu dalam bukunya, Islam yang Menyenangkan, Penerbit Ircisod, 2017, 139].
Paragraf bagian keenam ada mas? Ada. InsyaAlloh Ahad depan.
Sholihuddin Pemerhati bahasa & budaya, yang kebetulan menjadi ketua PC ISNU Kabupaten Kediri
Leave a Comment