KERAMAT KARENA BOJO GALAK?
Ada seorang lelaki shaleh mempunyai saudara yang shaleh pula. Suatu hari dia bermaksud mengunjungi saudaranya tersebut. Setelah sampai di rumah saudaranya, dia mengetuk pintu. Dari balik pintu, istri orang shaleh tersebut berkata: “Siapa yang datang?” jawabnya: “Aku, saudara suamimu. Aku datang untuk berkunjung kepada suamimu.” Sahut wanita itu: “Dia pergi ke hutan mencari kayu. Dan aku berharap, semoga Allah tidak mengembalikan dia ke rumah ini.” Kemudian wanita itu melanjutkan kata-katanya, yang berisikan cacian serta hinaan terhadap suaminya.
Di tengah-tengah wanita itu memaki-maki suaminya, tiba-tiba suaminya datang membawa sebongkok kayu yang diletakkan di punggung macan. Kayu itu lalu diturunkan dari punggung macan sambil berkata kepada macan: “kembalilah kamu! Semoga Allah memberkatimu.” Kemudian ia memasukkan saudaranya yang berkunjung setelah ia mengucapkan salam dan memberikan kegembiraan pada saudaranya. Lalu ia memberi makanan kepada saudaranya yang berkunjung tersebut. Kemudian saudaranya yang berkunjung pamit pulang dan sangat kagum dengan kesabaran saudaranya terhadap istrinya, karena sepatah katapun ia tidak menjawab ucapan caci maki istrinya itu.
Setahun telah berlalu. Dan si shaleh itu berkunjung kembali ke rumah saudaranya. Diketuknya pintu rumah, seperti ketika berkunjung yang pertama kali. Kemudian terdengar suara seorang wanita dari balik pintu: “Siapakah yang datang?” Si shaleh menjawab: “Aku, saudara suamimu. Aku datang untuk berkunjung kepada suamimu.” Jawabnya: “Baiklah, selamat datang mari-mari.” Wanita itu benar-benar menyanjung orang yang datang mengunjungi suaminya seraya mempersilakan menunggu. Tidak antara lama saudaranya datang memanggul kayu pada punggungnya. Lalu ia dipersilakan masuk dan dijamu makanan.
Ketika tamu itu akan pulang, ia sempat menanyakan keadaan wanita tadi dan wanita yang dahulu serta seekor macan yang membawakan kayunya. Jawabnya: “Wahai saudaraku, istriku yang jelek ucapannya itu telah mati. Aku selalu sabar menghadapi kejelekan ucapannya. Lalu Allah menundukkan macan kepadaku karena kesabaranku menghadapi istriku dahulu. Kemudian aku menikah dengan wanita shalehah ini. Aku merasa enak dan tenang beristri wanita ini. Maka macan yang dulu itu telah terputus dariku. Sehingga aku membawa kayu pada punggungku, karena aku merasa tentram dan enak bersama istri wanita shalehah ini.”
*Dinuqil dari Terjemah Syarah ‘Uqudul-lujain
Ali Mustofa
Koordinator Bidang Pengembangan & Kerjasama Lembaga Pendidikan ISNU Kab. Kediri
Leave a Comment