• 08533-699-8862
  • pcisnukabkediri@gmail.com
  • Mon – Fri: 8:00am – 7:00pm
PC ISNU Kab. Kediri PC ISNU Kab. Kediri
  • Beranda
  • Profil
    • Susunan Pengurus
    • Program Kerja
    • Tentang Kami
    • Visi Misi
  • Informasi
    • Seragam ISNU
    • Cara Menjadi Anggota ISNU
  • AHAD PAGI
  • Download File
  • KHAZANAH ISLAM
    • DUA SALING
    • Sikap Islam Terhadap Budaya
    • Kick Off
    • Amanat ?
    • Hijrah Berguru
    • Jangan Salah Semangat
    • Buku Muʼtamar ke-XXII Partai Nahdlatul ʼUlama
  • GALERI
    • Galeri Video
  • January 4, 2025
  • adminisnu
  • 0 Comments
  • 30 Views
  • 2 Likes
  • CATATAN AHAD PAGI

MEMBACA GUS DUR [4]

JUJUR, saya sangat menyukai catatan kaki yang ditulis Gus Dur. Cara mengemas dan mengupasnya sangat detail dan aduhai. Secara detail, dia menulis dengan urut, runtut dari A sampai Z. Aduhai? Tulisannya meliuk-liuk layaknya lagu Symphony 9, karya sang maestro, Ludwig van Beethoven, atau lagu-lagu penyanyi legendaris Mesir yang dijuluki kaukab al-syarq, Ummi Kaltsum yang jadi lagu favoritnya.

Misalnya, catatan kaki yang menjelaskan tentang kata kaffah dalam ayat 208, surat Al-Baqarah.

“Bermula dari ayat inilah muncul istilah yang sebenarnya masuk dalam kategori al-aktha’ as-sayyiah (kesalahan-kesalahan yang populer) yaitu idiom “Islam Kaffah” yang hanya dikenal dalam komunitas muslim Indonesia yang tidak begitu akrab dengan kaidah-kaidah gramatikal Arab. Istilah “Islam Kaffah” tidak hanya merupakan tindakan subversif gramatikal tetapi juga pemaksaan istilah yang kebablasan. Kalangan fundamentalis sering merujuk “Islam Kaffah” ini sebagai doktrin teologis. Doktrin ini di tangan mereka mengalami pergeseran, yakni ke arah ideologisasi dengan mendasarkan pada ayat ini. Idiom “Islam Kaffah” ini sangat sulit difahami sebagai sebuah bentuk kalimat ‘sifat dan mausuf (yang disifati), belum lagi diajukan pertanyaan apakah kata ‘Kaffah’ dalam ayat tersebut sebagai keterangan dari kata ganti yang ada dalam “udkhulu” yaitu dlamir “antum” atau keterangan dari “as-silmi.” (hal. 3).

Ada tiga kata yang, sekali bagi saya, menarik digarisbawahi. Saya yakin, salah satu dari tiga kata ini sangat popular waktu GD membuat tulisan ini, 22/8/2002, yaitu kata subversif. Dua kata yang lain; fundamentalis dan kebablasan. Menariknya, kata subversif disandingkan dengan kata gramatikal. Kata fundamentalis disandingkan, atau bahasa saya, dituduhkan pada pembuat istilah Islam Kaffah. Mereka, kata GD  telah kebablasan. Kata ini terambil dari dalam bahasa Jawa, kebablasen yang berarti berlebihan atau melampaui batas yang wajar.    

Apakah yang dimaksud tindakan subversif gramatikal? Saya tidak tahu. Yang bisa menjawab adalah GD sendiri. Yang saya tahu, subversif gramatikal, istilah yang merujuk pada tindakan mengubah atau memanipulasi struktur tata bahasa suatu kalimat.

Apa tujuan tindakan subversif gramatikal? Bersambung ya……..

*Sholihuddin, pemerhati bahasa & budaya yang kebetulan menjadi Ketua PC ISNU Kabupaten Kediri.

**Catatan AHAD Pagi #61

Tags:
ahadcatatanisnu Kab Kedirikab Kedirinahdlatul Ulama
Prev PostKonsolidasi, sebuah Keharusan bagi NU (Renungan akhir tahun, 2024)
Next PostMEMBACA GUS DUR [5]
Related Posts
  • MEMBACA GUS DUR [7] January 25, 2025
  • MEMBACA GUS DUR [6] January 19, 2025

Leave a Comment Cancel Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

pcisnukabkediri@gmail.com Email
08533-699-8862 No. WA
Ngadirejo, Kota, Kota Kediri, East Java 64129 Kantor
Candradimuka Digital 2022 - All Rights Reserved.