- August 20, 2022
- adminisnu
- 0 Comments
- 388 Views
- 5 Likes
- CATATAN AHAD PAGI
Pemimpin Jawa [1]
DI kolom ini, saya tidak ingin mengupas apa arti pemimpin dan kepemimpinan. Keduanya punya beragam arti. Tergantung siapa dan tujuan apa mendefinisikannya. Pakar manajemen dan ahli bidang lain tentu punya arti sendiri. Ada yang mengatakan, pemimpin adalah orang yang memimpin. Kepemimpinan adalah gaya, karakter atau cara memimpin. Jika diulas akan panjang dan berderet-deret. Itulah kenapa saya tidak ingin mengupasnya.
Saya lebih tertarik, jika kedua kata itu ditambah. Misalnya, pemimpin dan kepemimpinan politik Indonesia, Islam atau Jawa. Kenapa? Karena, jika tidak ditambah, keduanya hanya teori. Teori itu abstrak. Abstrak menjadi nyata jika ditambah hal lain. Jika ditambah, saya tertarik menambah kata Jawa setelah kata keduanya.
Pemimpin dan kepemimpinan Jawa banyak mitos melingkupinya. Buku Falsafah Kepemimpinan Jawa, karya Suwardi Endraswara mengulas mitos ini. Siapa penulis buku ini? Sudah saya jelaskan pada bagian lain tulisan saya, Jawa 1 atau 2. Mitos apakah? Mitos bahwa seorang pemimpin meyakini ada hubungan dengan kekuatan gaib Kanjeng Ratu Kidul. Mitos ini dipelihara agar legitimasinya lebih terpercaya. Dampaknya, mitos ini menguasai alam pikiran orang Jawa.
Bagaimana alam pikiran dipengaruhi? Endraswara mengungkap caranya lewat Serat Wirid. Dalam Serat Wirid itu misalnya, orang Jawa meyakini bahwa Tuhan “ada dalam diri manusia.” Mitos ini sering memoles daya kekuasaan Jawa sebagai wakil atau badaling Hyang Widi dari Tuhan. Sabda seorang pemimpin adalah suara Tuhan.
Dari adanya mitos itu, Endraswara membagi empat ciri kepemimpinan Jawa; monocentrum, metafisis, etis, pragmatis dan sinkretis. Keempat ciri ini erat kaitan dengan mitos. Misalnya masalah suksesi atau pergantian pemimpin. Seorang pengganti harus trahing kusuma rembesing madu. Artinya, trah menjadi syarat utama. Berikutnya, calon pengganti biasanya dipilih calon sebelumnya. Tentu jika memenuhi kriteria. Yang ditunjuk harus sendika dhawuh. Ciri suksesi yang lain, tanpa ada periodesasi. Jika sang pemimpin masih sehat, belum ada suksesi.
Saya ingin menjelaskan empat ciri di atas, tapi sudah melampaui 300 kata. Jadi, tunggu bagian 2. Hehehe
Sholihuddin
Ketua PC ISNU Kabupaten Kediri
Leave a Comment