- July 23, 2022
- adminisnu
- 0 Comments
- 354 Views
- 2 Likes
- CATATAN AHAD PAGI
Rasa Bahasa [2]
Bahasa, bukan hanya kaidah kaku, tapi ada rasa di dalamnya. Setiap orang merasakan berbeda. Kita merasa nyaman dan saat lain merasa malas berbicara dengan orang lain. Nyaman dan malas adalah rasa. Itulah rasa bahasa.
Misalnya, rasa bahasa dalam bahasa Arab. Bahasa Arab adalah bahasa al-Qur’an. Sebagian orang Islam mendengarkan lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an berderai air mata. Mereka tidak atau mungkin hanya sedikit mengetahui artinya. Tapi, rasa bahasa al-Qur’an mampu dirasakan sekujur tubuh.
Bagaimana dengan bahasa Jawa? André Möller mengakui ada juga. Dia cerita, ketika sedang menonton ketoprak di TV. Pemain ketoprak berbicara bersahutan. Lucu dan humor bercampur. Dia menikmatinya. Terkadang tertawa sendiri, meski tidak paham maksudnya. Ada rasa bahasa di sana.
Oleh karena itu, rasa bahasa ditentukan ketepatan pilihan kata. Kata kamu misalnya, dalam bahasa Jawa ada tingkat tuturnya. Kowe, sampeyan dan panjenengan adalah tingkat tutur ngoko, madya, dan krama. Dosen saya, A Effendi Kadarisman dalam bukunya, Mengurai Bahasa, Menyibak Budaya, mencontohkan. Misalnya pertanyaan, apakah kamu sudah menerima surat? 1] kowe wis oleh layang? Atau Sampeyan empun angsal serat? Dan Panjenengan sampun pikantuk serat?
Bagaimana dengan kamu dan Anda? Möller mengurai dua kata ini pada bab Kasar atau (Sok) Akrab? Kedua kata ini berbeda rasa, meski artinya sama. Dia kemudian merujuk kata ini ke KBBI. Kamu diartikan sebagai ’yang diajak bicara; yang disapa (dalam ragam akrab atau kasar)’. Bagian terakhir ini yang penting: akrab atau kasar. Anda, di lain pihak, diartikan KBBI sebagai ’sapaan untuk orang yang diajak berbicara atau berkomunikasi (tidak membedakan tingkat, kedudukan, dan umur)’. Dengan demikian, lebih amanlah memakai kata Anda.
Bagaimana menurut Anda?
Sholihuddin
Ketua PC ISNU Kabupaten Kediri
Leave a Comment