- July 16, 2022
- adminisnu
- 1 Comment
- 478 Views
- 2 Likes
- CATATAN AHAD PAGI
Rasa Bahasa [1]
TANGGAL 29 Juni 2022,saya bergembira karena buku karya André Möller tiba. Buku tebal 354 halaman ini merayu untuk segera dilahap habis tak tersisa. Judulnya, Untung Gundul & 99 Kolom Bahasa Kompas Lainnya.
Buku baru yang lama ditunggu cetaknya. Saya asyik-masyuk dan bahkan bermesraan dengan buku ini. Kegembiraan makin membuncah karena isinya inspiratif dan menggugah. Perasaan dan pikiran beradu. Tepatnya membahas tentang bahasa dan ‘kekacauannya’.
Buku ini berisi tulisan berjenis kolom. Tulisan jenis ini bisa berupa artikel, tajuk rencana, atau opini pribadi. Penulisnya disebut kolumnis. Biasanya berupa tulisan ringan tapi serius. Serius mencermati fakta serius dan penting. Meski terkadang dituangkan dalam bentuk humor.
“Dengan cara yang acap jenaka, tulisan Pak André Möller selalu memaksa kita memikirkan ulang pemahaman kita tentang bahasa kita sendiri.” komentar Ivan Lanin, seorang penulis, tentang buku ini.
Siapa André Möller? Seorang pemerhati dan ahli bahasa. Kelahiran Swedia. Doktor di bidang antropologi agama. Beristri orang Indonesia. Menulis beberapa buku; Ramadan in Jawa: Pandangan dari Luar, Ajaib, Istimewa, Kacau: Bahasa Indonesia dari A sampai Z, Kamus Swedia-Indonesia dan Indonesia-Swedia.
Saya penasaran, kenapa judulnya Untung Gundul. Tangan saya sat set menuju halaman 134. “Terkadang saya bersyukur tak punya rambut di kepala. Alasan utamanya, sukar mendapatkan sampo di Indonesia saat ini. Hampir mustahil sekarang memperoleh sampo. Yang ada hanya schampoo.” Dia memang gundul dan mensyukuri ‘kegundulannya’.
Belum selesai baca, saya langsung cek ke kamar mandi. Benarkah tidak ada sampo? Ternyata, saya menemukan kata shampoo, sampo, dan shampo. KBBI menyebut sabun cair untuk mencuci rambut dan kulit kepala sebagai arti dari sampo. Bukan Schampoo, shampoo, atau shampo.
Bagi Möller, kata atau istilah dalam bahasa Indonesia aneh. Misalnya kata anggota. Bagi orang luar negeri, seperti dirinya mengundang tanya. Kenapa orang Indonesia, terutama anak muda, lebih suka memakai kata member daripada kata anggota.
“Ada member-nya? Mendengarnya, saya menggigil. Ini bukan saja masalah tidak bisa menggunakan kata anggota, tapi juga ada masalah tata bahasa, tentu. Kadang-kadang orang suka pakai bahasa Inggris karena konon lebih gampang atau lebih pendek daripada padanannya dalam bahasa Indonesia. Tapi apa susahnya mengatakan: Anda anggota?” Ungkapan ini dia ceritakan ketika ke kasir sebuah toko.
Istilah Es teh atau teh es juga menjadi bahan keanehannya. Aneh, karena kita sering menyebut teh manis, teh pahit, atau teh tawar.
Kenapa kita menyebut es teh bukan teh es? Bagi yang tahu jawabannya, tulis di kolom komentar. Ada bonus pulsa bagi yang terpilih.
Sholihuddin
Ketua PC ISNU Kabupaten Kediri
saya mencoba menjawab ya kang.
karena bahasa inggrisnya Ice Tea. Orang kita senang meniru pengucapan dan berbahasa inggris. jadilah es teh. hehe.